Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi akhir-akhir
ini menjadi sebuah fenomena baru yang memprihatinkan, sehingga mengundang
pertanyaan besar. “Kok bisa sih mereka berfikir pendek seperti itu?, Kok sampai
sebegitu nekatnya mereka mengakhiri hidup dengan cara yang tragis layaknya
orang yang benar-benar putus asa dan jauh dengan Tuhan?”. Dan mereka tidak
memikirkan orang-orang terdekat yang ada di sekitar mereka, seperti orang tua,
suami/istri, kekasih, sahabat bahkan anak mereka. Tidak segan-segan mereka pun
mengakhiri hidupnya dengan cara melompatkan diri dari lantai atas di pusat
perbelanjaan. Banyak pusat perbelanjaan modern
yang biasa kita sebut dengan Mall itu menjadi incaran serta pilihan yang ideal bagi para calon korban bunuh
diri, diantaranya yang sering diberitakan oleh media adalah Mall Senayan
City, West Mall Grand Indonesia, dan Mall Mangga Dua Square. Fenomena
bunuh diri tersebut bisa dilatarbelakangi oleh persoalan hidup yang rumit
ataupun disebabkan dengan adanya gangguan jiwa.
Menurut Psikolog Klinis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , Dra
Yati Utoyo Lubis MA. PhD menganalisis keadaan masyarakat saat ini, bahwa
bunuh diri memang sangat mungkin terjadi karena korban tidak menemukan jalan
keluar dalam mengatasi rumitnya problem
yang dihadapi. “Hanya orang-orang tertentu saja yang berani memilih jalan untuk
melakukan bunuh diri. Mereka seperti menemukan jalan buntu dalam mengatasi
persoalan hidup”, ujar Yati saat dihubungi Kompas.Com, Jum’at (4/12). Faktor
penyebab lain yang terjadi, ujar Yati adalah masalah gangguan jiwa pada orang
yang melakukan bunuh diri. “Mereka yang stress atau depresi berat biasanya dari
kepribadian orang-orang yang tidak kuat dan tidak matang dalam mengatasi
masalahnya. Kalau matang, mereka tentu akan mencoba mengatasinya dengan jalan
alternative lain, termasuk membicarakan masalahnya kepada orang ahli atau
Psikiater, sehingga ke depan mereka tidak melihat suatu masalah sebagai sebuah
dinding yang tidak bisa ditembus”, ungkap mantan Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia .
Rata-rata mereka yang melakukan bunuh diri, lanjut Yati, seperti tidak melihat
adanya jalan lain dalam menyelesaikan persoalan. Contoh sederhana misalnya
mereka yang mengidap penyakit yang tidak sembuh-sembuh dan sangat menderita
akibat penyakitnya.
Perbedaan sifat manusia
ternyata memang mempengaruhi reaksi mereka terhadap stres yang dialami. Orang
yang bersifat optimistis lebih mudah beradaptasi atau bersosialisasi dengan
baik secara fisik maupun psikis dibanding mereka yang pesimistis. Menurut
Camille B Wortman dalam buku Psychology,
mengemukakan bahwa hal itu terjadi karena ada perbedaan kepribadian. Para ahli telah menelusuri dimensi kepribadian yang
tampaknya berkaitan dengan stres. Dan penyakit yang ditimbulkan oleh stres
adalah sifat optimistis dan pesimistis yang dimiliki seseorang. Maka dapat
disimpulkan oleh para ahli bahwa individu yang optimis cenderung lebih mudah
bersosialisasi atau beradaptasi dilingkungan tempat hidupnya, dibandingkan
dengan individu yang pesimis.
Kasus bunuh diri ini
sungguh memang memprihatinkan. Mengapa mereka lebih memilih jalan pintas untuk
menyelesaikan masalah yang sedang mereka alami dengan cara yang konyol?, tentu
bagi manusia yang memiliki sifat optimis tidak akan memilih jalan tersebut.
Bahkan mereka senantiasa menghadapinya dengan kepala dingin (meskipun itu sulit
sehingga stress pun mudah datang) dan mempunyai pola fikir open up yaitu keterbukaan untuk bertukarfikiran dengan orang yang
mereka percayai, sehingga kebanyakan dari mereka mampu mengontrol stres yang
sedang mereka hadapi. Dan selalu positive
thinking bahwa masalah yang datang merupakan cobaan dari Sang Maha Kuasa.
Karena sesungguhnya Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya
melebihi kemampuan hamba-Nya tersebut. Dan membangun Relationship yang baik juga mempengaruhi kenyamanan hidup kita,
baik dengan keluarga dan teman. Namun sangat disayangkan sifat tersebut tidak
mungkin kita temui oleh manusia yang cenderung pesimistis.
Sebenarnya ada banyak
cara yang bisa dilakukan sendiri untuk mengatasi atau meredakan stres. Beberapa
diantaranya adalah membiasakan diri hidup lebih rileks, mengendalikan emosi,
bersikap realistis hingga menerapkan gaya
hidup sehat seperti tidur cukup dan mengkonsumsi makanan bergizi untuk
menghasilkan pikiran yang sehat. Seperti diutarakan Dr.
Kusumawardhani, SpKJ (Pelaksana Teknis Kepala Departemen Psikiater Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Ciptomangunkusumo)
menemukan inti persoalan yang menjadi penyebab stres dan mengupayakan
penyelesaiannya. “Supaya dapat mengatasi stres, kita harus cari tahu ke dalam
diri, apa yang melatarbelakanginya. Setelah itu, upayakan penyelesaiannya. Jika
tidak dapat mengatasinya sendiri, inilah saatnya untuk kita datang ke dokter
atau psikiater, mereka biasanya akan mendapat bantuan bagaimana cara mengatasi
stres baik dengan obat-obatan atau dengan cara terapi atau rileksasi. Pasien
juga akan dibantu psikiater dalam mengambil pilihan atau alternative
penyelesaian persoalan dan pasien diberi kebebasan untuk memilih cara
penyelesaian yang tepat dan yang paling nyaman bagi pasien”, ungkapnya.
“Namun tentunya psikiater juga memiliki keterbatasan, jika ternyata ada
masalah yang tidak bisa diatasi harus ada kebijaksanaan serta kebesaran hati
pasien untuk menerima kondisi tersebut dengan ikhlas. Disitulah yang disebut
kita harus menerima hal yang tak bisa diubah”, terang Dr Kusumawardhani.
Sesungguhnya kita
sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain, sehingga kita harus mampu
bersosialisasi dengan baik dan memupuk hubungan tersebut untuk memperlancar
kelangsungan hidup, serta memperoleh kebahagiaan, kenyamanan, ketentraman
dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Dan kita juga harus senantiasa
memiliki sifat optimistis dalam menjalani hidup serta percaya akan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kita mampu melalui problem hidup yang kita lalui
dengan ikhlas tanpa harus lari dari masalah dengan cara yang konyol yaitu bunuh
diri, yang sesungguhnya tidak disukai oleh Tuhan. Semoga artikel ini bermanfaat
bagi kita semua yang telah membacanya dan dapat menumbuhkan semangat hidup baru
yang positif yang akan melahirkan hubungan Relationship
yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar