Shakira - Waka Waka (This is Time For Africa)

Shakira ~ Waka Waka (This Time For Africa)

Get more songs & code at www.stafaband.info

Clock

Selasa, 22 Desember 2009

(Tugas Sosiologi) Stres Pada Orang Pesimis Yang Berujung Kematian!!



Maraknya kasus bunuh diri yang terjadi akhir-akhir ini menjadi sebuah fenomena baru yang memprihatinkan, sehingga mengundang pertanyaan besar. “Kok bisa sih mereka berfikir pendek seperti itu?, Kok sampai sebegitu nekatnya mereka mengakhiri hidup dengan cara yang tragis layaknya orang yang benar-benar putus asa dan jauh dengan Tuhan?”. Dan mereka tidak memikirkan orang-orang terdekat yang ada di sekitar mereka, seperti orang tua, suami/istri, kekasih, sahabat bahkan anak mereka. Tidak segan-segan mereka pun mengakhiri hidupnya dengan cara melompatkan diri dari lantai atas di pusat perbelanjaan. Banyak pusat perbelanjaan modern yang biasa kita sebut dengan Mall itu menjadi incaran serta pilihan yang ideal bagi para calon korban bunuh diri, diantaranya yang sering diberitakan oleh media adalah Mall Senayan City, West Mall Grand Indonesia, dan Mall Mangga Dua Square. Fenomena bunuh diri tersebut bisa dilatarbelakangi oleh persoalan hidup yang rumit ataupun disebabkan dengan adanya gangguan jiwa.


            Menurut Psikolog Klinis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dra Yati Utoyo Lubis MA. PhD menganalisis keadaan masyarakat saat ini, bahwa bunuh diri memang sangat mungkin terjadi karena korban tidak menemukan jalan keluar dalam mengatasi rumitnya problem yang dihadapi. “Hanya orang-orang tertentu saja yang berani memilih jalan untuk melakukan bunuh diri. Mereka seperti menemukan jalan buntu dalam mengatasi persoalan hidup”, ujar Yati saat dihubungi Kompas.Com, Jum’at (4/12). Faktor penyebab lain yang terjadi, ujar Yati adalah masalah gangguan jiwa pada orang yang melakukan bunuh diri. “Mereka yang stress atau depresi berat biasanya dari kepribadian orang-orang yang tidak kuat dan tidak matang dalam mengatasi masalahnya. Kalau matang, mereka tentu akan mencoba mengatasinya dengan jalan alternative lain, termasuk membicarakan masalahnya kepada orang ahli atau Psikiater, sehingga ke depan mereka tidak melihat suatu masalah sebagai sebuah dinding yang tidak bisa ditembus”, ungkap mantan Dekan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rata-rata mereka yang melakukan bunuh diri, lanjut Yati, seperti tidak melihat adanya jalan lain dalam menyelesaikan persoalan. Contoh sederhana misalnya mereka yang mengidap penyakit yang tidak sembuh-sembuh dan sangat menderita akibat penyakitnya.
            Perbedaan sifat manusia ternyata memang mempengaruhi reaksi mereka terhadap stres yang dialami. Orang yang bersifat optimistis lebih mudah beradaptasi atau bersosialisasi dengan baik secara fisik maupun psikis dibanding mereka yang pesimistis. Menurut Camille B Wortman dalam buku Psychology, mengemukakan bahwa hal itu terjadi karena ada perbedaan kepribadian. Para ahli telah menelusuri dimensi kepribadian yang tampaknya berkaitan dengan stres. Dan penyakit yang ditimbulkan oleh stres adalah sifat optimistis dan pesimistis yang dimiliki seseorang. Maka dapat disimpulkan oleh para ahli bahwa individu yang optimis cenderung lebih mudah bersosialisasi atau beradaptasi dilingkungan tempat hidupnya, dibandingkan dengan individu yang pesimis.


            Kasus bunuh diri ini sungguh memang memprihatinkan. Mengapa mereka lebih memilih jalan pintas untuk menyelesaikan masalah yang sedang mereka alami dengan cara yang konyol?, tentu bagi manusia yang memiliki sifat optimis tidak akan memilih jalan tersebut. Bahkan mereka senantiasa menghadapinya dengan kepala dingin (meskipun itu sulit sehingga stress pun mudah datang) dan mempunyai pola fikir open up yaitu keterbukaan untuk bertukarfikiran dengan orang yang mereka percayai, sehingga kebanyakan dari mereka mampu mengontrol stres yang sedang mereka hadapi. Dan selalu positive thinking bahwa masalah yang datang merupakan cobaan dari Sang Maha Kuasa. Karena sesungguhnya Tuhan tidak akan memberikan cobaan kepada hamba-Nya melebihi kemampuan hamba-Nya tersebut. Dan membangun Relationship yang baik juga mempengaruhi kenyamanan hidup kita, baik dengan keluarga dan teman. Namun sangat disayangkan sifat tersebut tidak mungkin kita temui oleh manusia yang cenderung pesimistis.


            Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan sendiri untuk mengatasi atau meredakan stres. Beberapa diantaranya adalah membiasakan diri hidup lebih rileks, mengendalikan emosi, bersikap realistis hingga menerapkan gaya hidup sehat seperti tidur cukup dan mengkonsumsi makanan bergizi untuk menghasilkan pikiran yang sehat. Seperti diutarakan Dr. Kusumawardhani, SpKJ (Pelaksana Teknis Kepala Departemen Psikiater Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Ciptomangunkusumo) menemukan inti persoalan yang menjadi penyebab stres dan mengupayakan penyelesaiannya. “Supaya dapat mengatasi stres, kita harus cari tahu ke dalam diri, apa yang melatarbelakanginya. Setelah itu, upayakan penyelesaiannya. Jika tidak dapat mengatasinya sendiri, inilah saatnya untuk kita datang ke dokter atau psikiater, mereka biasanya akan mendapat bantuan bagaimana cara mengatasi stres baik dengan obat-obatan atau dengan cara terapi atau rileksasi. Pasien juga akan dibantu psikiater dalam mengambil pilihan atau alternative penyelesaian persoalan dan pasien diberi kebebasan untuk memilih cara penyelesaian yang tepat dan yang paling nyaman bagi pasien”, ungkapnya.
“Namun tentunya psikiater juga memiliki keterbatasan, jika ternyata ada masalah yang tidak bisa diatasi harus ada kebijaksanaan serta kebesaran hati pasien untuk menerima kondisi tersebut dengan ikhlas. Disitulah yang disebut kita harus menerima hal yang tak bisa diubah”, terang Dr Kusumawardhani.


            Sesungguhnya kita sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain, sehingga kita harus mampu bersosialisasi dengan baik dan memupuk hubungan tersebut untuk memperlancar kelangsungan hidup, serta memperoleh kebahagiaan, kenyamanan, ketentraman dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Dan kita juga harus senantiasa memiliki sifat optimistis dalam menjalani hidup serta percaya akan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, sehingga kita mampu melalui problem hidup yang kita lalui dengan ikhlas tanpa harus lari dari masalah dengan cara yang konyol yaitu bunuh diri, yang sesungguhnya tidak disukai oleh Tuhan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua yang telah membacanya dan dapat menumbuhkan semangat hidup baru yang positif yang akan melahirkan hubungan Relationship yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar